Khat Tsuluts: Sejarah dan Karakteristiknya

Bagikan

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp

Tsuluts dalam bahasa Arab berarti sepertiga, angka tersebut diambil dari sepertiga kalam tumar yang berukuran klasik 24 helai ekor kuda (kurang lebih 1,5 cm) sehingga pada zaman dahulu khat Tsuluts ditulis menggunakan mata pena kurang lebih 5 mm. Pada perkembanganya, ukuran khat Tsulus menjadi lebih kecil dan umumnya ditulis menggunakan ukuran mata pena 3-4 mm.

Khat Tumar

Khat tsuluts dianggap sebagai khat yang memiliki tingkat keindahan paling tinggi daripada jenis khat lainya disamping juga yang paling sulit untuk dipelajari.
Khat Tsuluts sering digunakan untuk keperluan dekoratif seperti penulisan nama surat dalam Al Qur’an, Judul judul kitab, dan hiasan masjid. Kiswah Ka’bah juga menggunakan khat Tsuluts pada sebagian besar tulisanya.

Ciri khat Tsuluts antara lain mempunyai Tarwis atau kepala pada huruf-huruf tegak, terdapat harokat dan hiasan dalam penulisanya, bentuknya yang anggun dan gagah, serta sangat fleksibel khususnya pada Khat Tsuluts Jaly.

Qalam Tsuluts atau sekarang yang lebih dikenal dengan Khat Tsuluts mula mula merupakan hasil cipta Ibrahim Assinjari (w. 200 H), murid dari Ishaq bin Hammad pada khat Jalil. Nama Tsuluts sendiri diambil dari ukuranya yang sepertiga (–+ 5 mm) dari qalam Tumar yang berukuran klasik 24 helai ekor kuda (–+ 1,5 cm).

Pada awal abad ke 4 Hijriyah, datanglah ibnu muqlah (w. 328 H), tokoh yang memberikan ukuran serta mempercantik bentuk dari beberapa jenis khat khususnya khat Tsuluts sehingga lebih indah. Pada era ini, dikenal sebagai era khat Mansub yang berarti terukur atau terstandar, dimana khat Tsuluts dianggap sebagai induk dari khat serta banyak memberikan pengaruh terhadap lahirnya jenis jenis khat lain.

Sebagian sumber ada yang menyatakan bahwa khat Tsuluts merupakan temuan dari ibnu muqlah disamping juga khat Naskhi. Era berikutnya, muncullah Abu Hasan Ali Ibnu Bawwab (w. 413 H) yang mengembangkan dan mempercantik khat Ibnu Muqlah serta menyebarkanya. Beliau juga dikenal telah mempercantik khat Raihani dan Muhaqqaq.

Khat Muhaqqaq Karya Khattat Hafidz Utsman

Pada abad ke 7 Hijriyah, Yaqut Almusta’shimi (w. 698 H) meletakkan kaidah kaidah khat Islam serta menyempurnakan Aqlam Assittah (Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Rayhani, Tauqi’, Riqa’) sehingga mencapai bentuk yang lebih indah terutama khat Tsuluts.

Khat Tsuluts mencapai puncaknya pada era daulah Utsmaniyah ditangan para khattat kenamaan pada waktu itu. Adalah Syaikh Hamdullah, seorang yang dianggap sebagai bapak kaligrafer Turki Utsmani, yang memakai gaya khat dari Yaqut Al Musta’shimi kemudian mengembangkanya sehingga memiliki bentuk yang khas dan dipakai oleh orang-orang Utsmani. Gaya tersebut terus dikembangkan hingga pada bentuknya yang paling mutakhir. Mahmud Jalaluddin, Qadiaskar Mustofa Izzat, Mustofa Raqim, Muhammad Syauqi, adalah sebagian kaligrafer yang turut mengembangkan dan menyempurnakan Khat Tsuluts.

Adapun Mustofa Raqim, dianggap sebagai orang yang mempopulerkan jenis khat Jaly Tsuluts. Khat Jaly Tsuluts yaitu Khat Tsuluts yang ditulis menggunakan pena besar dan bentuknya bertumpuk tumpuk. Khat Jaly Tsuluts pada akhirnya disempurnakan lagi dan mencapai puncaknya di tangan khattat Sami Afandi.

Sumber: Silsilatul Fannu al Islami Juz 1 (Al-Kitabah wa Fannu al Khatti al Araby: An Nasyatu wa at Tathawwur) Al Ustadz Yusuf Dzannun, Fannul Khat (Tarikhuhu wa Namadziju wa min Rawai’ihi ‘ala Amri al ‘Ushuri) I’dad: Al Ustadz Mustafa Ughur Derman tarjamah: Shalih Sa’dawy.

Penulis: Bukhori Ibnu Athoillah, Bagus Adi prayogo

Berita Terbaru

News

PPDB Pesantren Kaligrafi SAKAL 2024/2025 Telah Dibuka !!! Segera Daftarkan diri Anda

Pesantren Sakal merupakan lembaga pendidikan kaligrafi metode klasik (taqlidi) dengan kurikulum pembelajarannya yang sistematis dan mudah dipelajari, serta pemberian ijazah pada setiap jenis khatnya. Pesantren Sakal selalu menerapkan pembelajaran yang konsisten, turun temurun yang di jaga selalu melalui sanad keilmuan dari para tokoh kaligrafer terdahulu hingga sekarang.

Baca Selengkapnya >>